PERTEMUAN RUTIN FATAYAT NU

Pertemuan Rutin Fatayat – NU, Anak cabang Comal Ranting Gintung, 11 januari 2018-Masjid Roudhatul Mutaqin_Assalamualaikum Wr. Wb, Pengajian  bertujuan memberikan pencerahan kepada umat manusia, agar senantiasa selalu membangun kebersamaan dalam ukhuwah Islamiyah yang menjadi landasan untuk menjalin silaturahim dan persaudaraan kuat dalam mendorong kemajuan pembangunan moral dan akhlak serta budi pekerti yang baik.

Pada hari ini pengajian di adakan di pertemuan rutin Fatayat – NU se Ancab Comal yang menghadirkan pembicara Bpk. Ustadz Dawamul Ma’arif. Acara di buka dengan menyayikan lagu Indonesia Raya dan Mars NU dan di lajutkan dengan sambutan-sambutan, di akhiri dengan acara utama yaitu ceramah dari bpk.Ustadz Dawamul Ma’arif.

Sambutan yang pertama oleh Ketua fatayat NU Gintung Ibu Ida Kusmei, beliau menyampaikan semoga langkah yang sudah niati yaitu datang ke pengajian Rutin Fatayat NU menjadi amal Ibadah yang di Ridhai Allah SWT.

 

Ibu Ida Kusmei

Sambutan yang ke dua oleh Sekertaris desa Gintung Ibu Sinta Dewi Setiani yang mewakili Kepala Desa Gintung, Beliau konsisten menyampaikan tentang kesehatan warga desa Gintung dengan melakukan 5 poin penting kesehatan yaitu :

  1. Melakukan kegiatan fisik setiap hari
  2. Memakan buah dan sayur
  3. Memeriksakan diri secara berkala ke pusat kesehatan
  4. Tidak Merokok
  5. dan Menjaga kebersihan
ibu sinta Dewi Setiani

Sambutan juga disampaikan oleh wakil ketua PAC ANCAB Comal beliau menyampaikan terimakasih kepada gintung yang telah melakukan pertemuan rutin dan pengajian semoga amal ibadahnya di terima oleh Allah SWT.

 

Setelah sambutan selesai di lanjutkan dengan ceramah, berikut adalah isi singkat ceramah yang di sampaikan oleh Bpk. Dawamul Ma’arif.

Bencana adalah sebuah peringatan yang tidak perlu di takuti. Karena musibah yang paling dahsyat adalah kebodohan apalagi kebodohan tentang Agama.Kita tidak boleh melihat siapa yang berbicara namun lihat apa isi pembicaraan tersebut. Allah dekat dengan kita, kita bisa meminta apapun darinya asalkan mau menjalankan segala perintahnya dan menjuhi segala larangan nya.

Beliau juga menceritakan kisah mengenai Tsa’laba bin Aburrahman, berikut adalah kisahnya :

Kisah Tsa’labah bin Abdurrahman

Seorang pemuda dari kaum Anshar yang bernama Tsa’labah bin Abdurrahman telah masuk Islam. Dia sangat setia melayani Rasulullah SAW. Suatu ketika Rasulullah SAW mengutusnya untuk suatu keperluan. 

Dalam perjalanannya dia melalui rumah salah seorang dari Anshar, maka terlihat dirinya seorang wanita Anshar yang sedang mandi. 

Dia takut akan turun wahyu kepada Rasulullah SAW berhubung perbuatannya itu. Maka dia pun pergi jauh. Dia menuju ke sebuah gunung yang berada di antara Mekah dan Madinah dan terus mendakinya.

Selama empat puluh hari Rasulullah SAW kehilangan dia. Lalu Jibril AS turun kepada Nabi SAW dan berkata, “Wahai Muhammad! Sesungguhnya Tuhanmu menyampaikan salam buatmu dan berfirman kepadamu, “Sesungguhnya seorang lelaki dari umatmu berada di gunung ini sedang memohon perlindungan kepada-Ku.””

Maka Nabi SAW berkata, “Wahai Umar dan Salman! Pergilah cari Tsa’laba bin Aburrahman, lalu bawa kemari.” Keduanya pun lalu pergi menyusuri perbukitan Madinah. 

Dalam pencariannya itu mereka bertemu dengan salah seorang penggembala Madinah yang bernama Dzufafah. Umar bertanya kepadanya, “Apakah engkau tahu seorang pemuda di antara perbukitan ini?” 

Penggembala itu menjawab, “Jangan-jangan yang engkau maksud seorang lelaki yang lari dari neraka Jahanam?” “Bagaimana engkau tahu bahawa dia lari dari neraka Jahanam?” tanya Umar. 

Dzaufafah menjawab, “kerana, apabila malam telah tiba, dia keluar kepada kami dari perbukitan ini dengan meletakkan tangannya di atas kepalanya sambil berkata, “Mengapa tidak cabut saja nyawaku dan Engkau binasakan tubuhku, dan tidak membiarkan aku menanti keputusan!” 

“Ya, dialah yang kami maksud,” tegas Umar. Akhirnya mereka bertiga pergi bersama-sama.

Ketika malam menjelang, keluarlah dia dari antara perbukitan itu dengan meletakkan tangannya di atas kepalanya sambil berkata, “Wahai, seandainya saja Engkau cabut nyawaku dan Engkau binasakan tubuhku, dan tidak membiarkan aku menanti-nanti keputusan!” 

Lalu Umar menghampirinya dan mendakapnya. Tsa’labah berkata, “Wahai Umar! Apakah Rasulullah telah mengetahui dosaku?” “Aku tidak tahu, yang jelas kemarin beliau menyebut-nyebut namamu lalu mengutus aku dan Salman untuk mencarimu.” 

Tsa’labah berkata, “Wahai Umar! Jangan kau bawa aku menghadap beliau kecuali dia dalam keadaan solat”

Ketika mereka menemui Rasulullah SAW sedang melakukan sholat, Umar dan Salman segera mengisi shaf. Tatkala Tsa’labah mendengar bacaan Nabi saw, dia tersungkur pingsan. 

Setelah Nabi mengucapkan salam, beliau bersabda, “Wahai Umar! Salman! Apakah yang telah kau lakukan Tsa’labah?” 

Keduanya menjawab, “Ini dia, wahai Rasulullah saw!” Maka Rasulullah berdiri dan menggerak-gerakkan Tsa’labah yang membuatnya tersedar. 

Rasulullah SAW berkata kepadanya, “Mengapa engkau menghilang dariku?” Tsa’labah menjawab, “Dosaku, ya Rasulullah!” 

Beliau mengatakan, “Bukankah telah kuajarkan kepadamu suatu ayat yang dapat menghapus dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan?” “Benar, wahai Rasulullah.” 

Rasulullah SAW bersabda, “Katakan•Ya Tuhan kami, berilah kami sebahagian di dunia dan di akhirat serta peliharalah kami dari azab neraka.” (QS Al-Baqarah:201)

Tsa’labah berkata, “Dosaku, wahai Rasulullah, sangat besar.” Beliau bersabda,”Akan tetapi kalamullah lebih besar.” 

Kemudian Rasulullah memintanya agar pulang ke rumahnya. Di rumah dia jatuh sakit selama delapan hari. 

Mendengar Tsa’labah sakit, Salman pun datang menghadap Rasulullah SAW lalu berkata, “Wahai Rasulullah! Masihkah engkau mengingat Tsa’labah? Dia sekarang sedang sakit parah.” 

Maka Rasulullah SAW datang menemuinya dan meletakkan kepala Tsa’labah di atas pangkuan beliau. Akan tetapi Tsa’labah mengelakkan kepalanya dari pangkuan beliau.

“Mengapa engkau elakkan kepalamu dari pangkuanku?” tanya Rasulullah SAW. “Kerana penuh dengan dosa.” Jawabnya. 

Beliau bertanya lagi, “Bagaimana yang engkau rasakan?” “Seperti dimasuki semut pada tulang, daging, dan kulitku.” Jawab Tsa’labah. 

Beliau bertanya, “Apa yang kau inginkan?” “Ampunan Tuhanku,” Jawabnya.

Maka turunlah Jibril as. dan berkata, “Wahai Muhammad! Sesungguhnya Tuhanmu mengucapkan salam untukmu dan berfirman kepadamu, 

“Kalau sahaja hamba-Ku ini menemui Aku dengan membawa sepenuh bumi kesalahan, niscaya Aku akan temui dia dengan ampunan sepenuh itu pula.

” Maka segera Rasulullah SAW memberitahukan hal itu kepadanya. Mendengar berita itu, terpekiklah Tsa’labah dan terus ia meninggal dunia.

Lalu Rasulullah SAW memerintahkan agar Tsa’labah segera dimandikan dan dikafani. Ketika telah selesai disolatkan, Rasulullah SAW berjalan sambil berjengket-jengket. 

Setelah selesai pemakamannya, para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah! Kami lihat engkau berjalan sambil berjengket-jengket.” 

Beliau bersabda, “Demi Zat yang telah mengutus aku sebagai seorang nabi yang sebenarnya! kerana, banyaknya malaikat yang turut menziarahi Tsa’labah.”

Bpk. Ustadz dawwamul Ma’arif

Acara di akhiri dengan bacaan Do’a dari Bpk. Ustadz Taroji.

Leave a Reply